Kepada Peserta TIIWG G20 di Solo, Menperin: Produk Furnitur Nasional Sudah Sustainable

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Kementerian Perindustrian menampilkan berbagai produk industri furnitur yang berkelanjutan kepada para delegasi dalam rangkaian pertemuan pertama Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Solo, Jawa Tengah. Produk furnitur yang dipamerkan ini menunjukkan bahwa industri di tanah air menggunakan bahan baku yang memenuhi aspek legalitas dan ramah lingkungan.

 “Kami ingin menyampaikan pesan bagi dunia bahwa industri furnitur di Indonesia sudah sustainable. Tidak ada lagi industri furnitur yang bahan bakunya ilegal, sudah tinggi traceability-nya, dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Solo, Kamis (31/3).

 Menperin mengemukakan, pertemuan TIIWG G20 di Solo membahas beberapa isu prioritas, salah satunya adalah industri yang inklusif dan berkelanjutan. “Industri furnitur Indonesia merupakan salah satu industri yang inklusif karena melibatkan masyarakat lokal, perajin, industri besar hingga pemerintah. Rangkaian proses produksi industri furnitur di Tanah Air juga memperhatikan aspek lingkungan,” ungkapnya.

 Aspek berkelanjutan tersebut dipenuhi oleh industri furnitur yang berkomitmen menggunakan kayu bersertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sudah memenuhi aspek legal dan kelestarian lingkungan.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong sertifikasi SVLK bagi seluruh industri furnitur. “Sumber kayu yang berkelanjutan telah menjadi perhatian utama produsen mebel kayu Indonesia. Meningkatnya kesadaran pembeli internasional akan isu lingkungan mendorong produsen Indonesia untuk hanya menggunakan kayu legal yang dipanen dari sumber yang berkelanjutan,” terangnya.

 Putu menjelaskan, SVLK merupakan sistem sertifikasi legalitas dan keberlanjutan wajib yang dibangun di atas konsensus multistakeholder nasional. “Skema ini relatif sama dengan sertifikasi legalitas kayu internasional lainnya seperti FSC dan PEFC yang telah banyak digunakan oleh produsen,” ujarnya.

 Untuk turut serta menyukseskan acara TIIWG G20 di Solo, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Agro bekerja sama dengan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jawa Tengah memamerkan produk-produk industri furnitur unggulan yang sudah memenuhi sertifikasi SVLK.

 Selain memenuhi aspek SVLK, produk-produk dari anggota HIMKI Solo Raya, HIMKI Semarang Raya, HIMKI Jepara Raya dan HIMKI DIY menampilkan inovasi desain dan teknologi yang memiliki kekhasan tersendiri,” sebut Putu.

 “Apalagi, 45% industri furnitur Indonesia berlokasi di Jawa Tengah, yang diwakili oleh Solo Raya, Jepara Raya, Semarang dan Yogyakarta yang mempunyai ciri khas sendiri. Produk mereka telah mempu berdaya saing hingga menembus pasar ekspor,” imbuhnya.

 Kemenperin mencatat, Indonesia merupakan 20 besar negara eksportir furnitur dunia. Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang dan Belanda. Nilai ekspor furnitur Indonesia ke negara Amerika Serikat pada tahun 2021 sebesar USD1,36 miliar yang prosentasenya mencapai 54% dari total ekspor furnitur Indonesia. Sementara itu, kinerja ekspor industri furnitur nasional mencapai USD2,5 miliar pada tahun 2021.

 Antusias dan kagum

Delegasi TIIWG G20 menunjukkan antusiasmenya saat berkunjung ke pameran furnitur yang mengusung tema “Sustainable Furniture: the Industry is becoming Greener” tersebut. Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Agro/Plt Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Mohammad Ari Kurnia Taufik menggambarkan antusiasme delegasi TIIWG G20 tersebut.

 “Anggota delegasi G20 antusias menyaksikan videorama yang menerangkan perkembangan industri furnitur Indonesia yang telah menggunakan bahan baku yang berasal dari sumber lestari dan berkelanjutan dan perannya dalam mendorong penggunaan bahan baku kayu yang legal,” paparnya.

Selan itu, mereka menunjukkan kekagumannya terhadap produk furnitur Indonesia yang dipamerkan. “Kami juga menampilkan demo menganyam rotan dan delegasi G20 sangat tertarik melihatnya bahkan sebagian delegasi mencobanya sendiri,” tandasnya.

Menurut Ari, pameran ini merupakan kegiatan pertama yang diikuti anggota HIMKI setelah pandemi Covid-19. “Harapan kami, eksibisi ini dapat membuka awareness anggota G20 akan kemajuan dan kualitas industri furnitur Indonesia yang menggunakan bahan baku yang dapat ditelusuri sumbernya,” pungkas Ari.(rls)